Geo Bike Kaldera Toba 2016 Start dari Silalahi

item-thumbnail
Foto-Sepeda-dan-Peserta-Geobike-Kaldera-Toba
Sepeda para peserta Geo Bike Kaldera Toba 2016 saat diparkir di sela acara pembukaan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Sabtu (9/4/2016).
Geo Bike Kaldera Toba 2016 yang dilaksanakan Jendela Toba dan Rumah Karya Indonesia dimulai dari Silalahi, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Sabtu (9/4/2016).
Bersepeda mengelilingi kawasan Danau Toba ini dimulai dengan acara tarian penyambutan tamu yang dilakukan pihak Pemkab Dairi.
Irwansyah Harahap selaku Ketua Jendela Toba dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini terlaksana atas kerja sama Jendela Toba dan Rumah Karya Indonesia dan dukungan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba.
Kegiatan juga berkait dalam rangka HUT ke-68 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta untuk mendukung Danau Toba masuk dalam Geopark Global Networking oleh Unesco.
Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi, Sebastian Tinambunan, mewakili Pemerintah Kabupaten Dairi menyambut baik kegiatan Geobike Kaldera Toba untuk meningkatkan pariwisata Kabupaten Dairi yang kelak dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Hasban Ritonga yang sekaligus membuka acara, menyampaikan bahwa komitmen untuk Danau Toba patut diseriusi dan diperlukan sinergitas yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk mendorong Danau Toba menjadi ikon pariwisata Indonesia.
Kegiatan yang digagas oleh Jendela Toba dan Rumah Karya Indonesia merupakan tahun kedua, kegiatan ini dilakukan mulai 2015 dan Geo Bike Kaldera Toba diikuti sekitar 200 peserta berasal dari beberapa kota di Indonesia di antaranya dari Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Medan, Siantar, Aceh, Ketapang, Bengkalis, Kalimantan dan Makassar.
Ada pun yang berbeda dibandingkan kegaitan sebelumnya yakni tahun ini lebih mengekspos seluruh kawasan di sekitar Danau Toba yang dulunnya hanya lima kabupaten sekarang menjadi tujuh kabupaten yakni Kabupaten Dairi, Karo, Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan dan Samosir.
Kegiatan diawali pada 8 April 2016 dengan panggung rakyat yang dilakukan di Silalahi, Kabupaten Dairi dengan menampilkan seniman lokal di antaranya Bandipos, mewakili Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olarahraga Kabupaten Dairi.

Sumber: Kompas.com
Read more »

Asyiknya Jelajah Toba dengan Bersepeda

item-thumbnail
DANAU Toba menyimpan sejuta wisata. Keindahan Danau Toba memiliki daya pikat sendiri hingga wisatawan penjuru kota hingga negara datang karena penasaran.
Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, menjadi sudut terbaik yang paling diminati dan dikunjungi wisatawan.

Wisata sekadar berkeliling danau mungkin kurang menantang. Ada paket wisata jelajah Geo Bike Toba untuk memenuhi hasrat wisata jelajah dengan cara berbeda dan memacu adrenalin.

Marwan Syahputra, pemilik tur wisata Sohib Nature menyediakan beberapa paket Cycling 
Bersepeda di Samosir, melihat panorama Danau Toba, Sumatera Utara.
Bersepeda di Samosir, melihat panorama Danau Toba, Sumatera Utara.
Trip di Kawasan Geopark Kaldera Toba.

Ada Paket Ekonomis 1 hari dengan biaya paket sepeda dan helm Rp 350.000 atau Rp 25.000 jika membawa sepeda sendiri.
Harga tersebut sudah termasuk transportasi (pick up, sepeda di atas dan pesepeda di bawah), guide, tim marshall, mekanik, makan siang,coffee break, perlengkapan P3K, retribusi, perizinan, dokumentasi kegiatan.
Ada juga paket 2 hari 1 malam. Harga paketnya sebesar Rp 1,3 juta jika bawa sepeda sendiri atau Rp 1.450.000 sudah termasuk sewa sepeda dan helm.

Fasilitasnya antara lain transportasi mobil atau mimi bus, guide, timmarshall, mekanik, penginapan (hot water dan ada koneksi internet dengan Wifi), konsumsi 5 kali makan, coffee break, perlengkapan P3K, retribusi, perizinan, dokumentasi kegiatan.

"Untuk libur panjang ada paket ekonomis 3 hari 2 malam, biaya paket sepeda dan helm Rp 1,450 juta atau Rp 1,3 juta jika membawa sepeda sendiri," jelasnya.

Menurut Bani, peserta jelajah tersebut, "Enjoy Danau Toba" tidak melulu soal melihat pemandangan atau naik sampan bebek. Tetapi bisa juga dengan kegiatan yang menantang dan menyusuri tiap sudut terbaiknya dari desa-desa di Samosir.

"Medannya cocok untuk naik sepeda gunung, yang hobi naik sepedaantrip ini sangat cocok untuk diikuti tapi kalau untuk awam mungkin harus latihan minimal sebulan untuk pemanasan dan pertahanan fisik," jelasnya. (Tribun Medan/Silfa Humairah)
Read more »

Gunung Dempo, Pagar Alam

item-thumbnail
Gunung Dempo memiliki puncak dengan ketinggian 3.159 meter dari permukaan laut, terletak di provinsi Sumatera Selatan tepatnya dekat dengan kota Pagar Alam yang terkenal dengan hasil pertaniannya berupa kopi dan teh. Kopi yang dihasilkan dari daerah Pagar Alam adalah kopi robusta yang terkenal enak.
Gunung Dempo dapat dicapai dari kota Palembang ibukota provinsi Sumatera Selatan sekitar tujuh jam perjalanan dengan menggunakan kenderaan roda empat hingga kota Pagar Alam.  Sesuai dengan namanya, Kota Pagaralam dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi adalah Gunung Dempo.
Dari kota Pagar Alam, dapat menggunakan kenderaan roda empat untuk mencapai lokasi titik awal pendakian lewat jalan ke arah jurusan Pabrik Teh PTPN VII Persero yang jaraknya mencapai 8 km dari terminal kota Pagar Alam. Jalan yang dilalui sudah cukup bagus karena sudah diaspal. Dari titik awal ini para pendaki melanjutkan perjalanan ke puncak dengan berjalan kaki karena jalan yang ada hanya jalan setapak.
Di lokasi titik awal ini tersedia sarana kamar mandi umum dengan air yang bersih tersedia dengan berlimpah.
Pada hari-hari biasa di Gunung Dempo dapat ditemui banyak orang yang sengaja naik ke puncak utuk mencari kayu atau sekedar berhiking. Adapun wisatawan yang sengaja menyambangi pintu pendakian dengan hanya untuk berwisata di lerang gunung Dempo, menikmati perkebunan teh yang udaranya sejuk.
Pendakian ke arah puncak utama tidak terlalu sulit karena lerengnya terdiri dari kerikil dan batu-batu dengan kemiringan lereng sekitar 40°, cukup stabil untuk didaki. Puncak utama gunung Dempo (3159 m), merupakan kawah gunung berapi yang masih aktif dengan diameter sekitar seratus meter persegi. Pemandangan dari puncak cukup mengasyikan. Jika tidak tertutup awan, pandangan akan lepas memandang daratan Bengkulu jika menghadap arah selatan

Perkebunan teh di Gunung Dempo yang sudah ada sejak jaman Belanda


Lokasi Titik Awal Pendakian atau Tugu Rimau ketinggian 1820 m

Pemandangan ke arah kota Pagar Alam dari lokasi Tugu Rimau

Read more »

Salju Panas Dolok Tinggi Raja

item-thumbnail

Desa Dolok Tinggi Raja, Sumatera Utara, Salju Panas Dolok Tinggi Raja terdapat suatu tempat yang berupa sebuah kawasan bukit kapur dengan warna yang tidak biasa. Mirip dengan sebuah danau, Salju Panas Dolok Tinggi Raja memiliki warna tanah yang berwarna putih sehingga menyerupai salju. Di tengah-tengah kawasan ini terdapat danau air panas yang berwarna biru kehijauan. Salju Panas Dolok Tinggi Raja adalah salah satu tempat wisata di Sumatera Utara yang belum terkenal namun sangat menarik untuk dikunjungi, Salah satu kendala untuk mencapai lokasi ini adalah jalan menuju Salju Panas Dolok Tinggi Raja kualitasnya kurang bagus

Peta Lokasi:

Read more »

TAMAN SIMALEM RESORT

item-thumbnail
Situated in the clouds on a sprawling 206-hectare estate, Taman Simalem is a retreat for the senses. At 1.200 metres above sea level, the cool, crisp air immediately sets you at ease and the stunning view of Lake Toba will take your breath away. This mountain resort was built to create a new and unique way to live holistically. with its organic farms and fruit orchards, tea and coffee plantation, and various accomodation that allow a commune with nature. Feel recharged, revitalised, and renewed.



Read more »

Tapian Nauli

item-thumbnail



TELUK TAPIAN NAULI, EKSOTIKA PANORAMA PERAIRAN DI PESISIR KOTA SIBOLGA
Kota Sibolga, merupakan sebuah kota yang terletak di pesisir Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kota yang mempunyai gelar Negeri Berbilang Kaum ini memang dihuni oleh berbagai etnis dari berbagai daerah di Indonesia, seperti etnis Batak yang merupakan etnis yang jumlahnya mayoritas, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Jawa. Meskipun terdiri dari berbagai etnis, penduduk di kota ini sangat harmonis dalam perbedaan yang ada bahkan rasa persaudaraan antara berbagai etnis tersebut sangat kuat.
Berbicara tentang kota Sibolga, tak lengkap rasanya apabila kita tidak membicarakan perairan yang berada di pesisir kota Sibolga. Perairan tersebut bernama Teluk Tapian Nauli, bagi sebahagian besar masyarakat Sumatera Utara mendengar nama Tapian Nauli mungkin sudah tidak asing lagi. Namun tidak semua dari masyarakat Sumatera Utara mengetahui bahwa Tapian Nauli adalah sebuah teluk yang terdapat di pesisir Kota Sibolga sebab selama ini nama Tapian Nauli dikatakan sebagai nama lain dari kota Sibolga.
Teluk Tapian Nauli, begitulah namanya. Teluk Tapian Nauli merupakan sebuah perairan yang membentang dari pusat kota Sibolga ke arah lautan lepas. Jika dilihat dari atas Bukit Barisan yang merupakan jejeran perbukitan tertinggi di Kota Sibolga, Teluk Tapian Nauli ini terlihat berwarna kebiruan serta dihiasi oleh beberapa pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitarnya seperti Pulau Mursala, Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Pasir Putih, Pulau Situngkus, Pulau Batu Gajah serta beberapa pulau lainnya.
Pulau-pulau di sekitar perairan Teluk Tapian Nauli ini ada yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai etnis, hingga pulau yang sama sekali tidak berpenghuni. Teluk Tapian Nauli ini merupakan perairan yang menghubungkan antar pulau tersebut, dan berfungsi sebagai jalur pelayaran serta lintasan menuju berbagai objek wisata bahari di Kota Sibolga.
Bahkan kabarnya, pada masa kedatangan kolonial Belanda, Portugis dan Inggris ke Indonesia di zaman kolonial, Teluk Tapian Nauli juga merupakan salah satu jalur yang digunakan oleh mereka untuk memasuki wilayah Sumatera Utara serta digunakan juga sebagai jalur perdagangan antar negara. Hal itu disebabkan letak Teluk Tapian Nauli ini sangat strategis berada di pesisir Pulau Sumatera, sehingga memudahkan lintasan kapal besar maupun kecil.
Tak hanya menghubungkan antar pulau dan sebagai lintasan saja, Teluk Tapian Nauli juga memiliki sumber daya alam yang melimpah mulai dari ragam jenis ikan hias, bebatuan karang hingga terumbu karang yang jenisnya cukup banyak. Ya, semua jenis biota laut tersebut merupakan panorama yang sangat eksotis di kedalaman Teluk Tapian Nauli.
Perairan di teluk ini pun terbilang sangat alami, memiliki kualitas perairan yang sangat terjaga dan jauh dari pencemaran air sehingga berbagai biota laut di perairan Teluk Tapian Nauli ini berkembangan dengan baik. Terumbu karang yang berjenis langka pun terdapat di Teluk ini, terumbu karang tersebut bernama Coral Reef dan keberadaannya kini sangat di lindungi oleh sebuah lembaga yang bernama COREMAP yang juga bekerja sama dengan Pemerintah setempat.
Tentunya karena biota laut yang begitu indahnya, Teluk Tapian Nauli ini sering menjadi tujuan para wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkling dan diving. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menikmati keindahan bawah laut sembari mempelajari kehidupan ragam jenis ikan yang terdapat di perairannya.
Tak hanya itu, di Teluk Tapian Nauli juga terlihat banyak sekali perahu-perahu yang berlalu lalang. Perahu tersebut adalah perahu milik nelayan yang sedang beraktivitas di sekitar perairan. Bahkan tak jarang beberapa dari perahu nelayan tersebut membawa para wisatawan yang akan melakukan kegiatan memancing di sekitar Teluk Tapian Nauli.
Bagaimana tidak ? Potensi ikan yang terdapat di Teluk ini sangat bagus, bahkan beberapa jenis ikannya pun merupakan ikan yang langka dan harganya sangat mahal, seperti ikan Tuna yang ukurannya sangat besar bahkan beratnya saja ada yang mencapai 150 kilogram, sehingga mendengar potensinya yang seperti itu memberikan tantangan tersendiri bagi para pemancing untuk mendapatkan ikan tersebut.
Selain ikan, terdapat juga beberapa jenis lobster yang harganya sangat mahal, sehingga terlihat juga beberapa tambak milik para pembudidaya lobster yang menghiasi di beberapa kawasan Teluk Tapian Nauli. Dan menurut informasi, ikan dan lobster yang terdapat di perairan Teluk Tapian Nauli ini juga di ekspor ke berbagai daerah di Indonesia maupun ke luar negeri seperti Singapura dan Hongkong. Sebab, peminat ikan dan lobster di kedua negara tersebut jumlahnya cukup banyak.
Anda pun dapat berkeliling di sekitar perairan Teluk Tapian Nauli sembari melakukan kegiatan memancing ataupun sekedar berjalan-jalan dengan menggunakan perahu boat. Anda juga dapat singgah dari satu pulau ke pulau lainnya yang terdapat di sekitar Teluk Tapian Nauli, dari mulai pulau besar maupun pulau kecil yang tak berpenghuni.
Sebab pulau-pulau tersebut jaraknya tidak terlalu jauh dan masing-masing memiliki potensi wisata yang sangat menarik seperti Pulau Mursala dengan air terjunnya, Pulau Poncan Gadang dan Poncan Ketek dengan panorama pantai dan resortnya serta pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni dan memiliki bentuk yang unik seperti Pulau Batu Gajah yang bentuknya hanya sebesar gajah dewasa dan disekitarnya hanya terdapat bebatuan, atau Pulau Situngkus yang bentuknya menyerupai Nasi Tungkus berbentuk segitiga. Bahkan Pulau Situngkus sendiri sudah samar-samar terlihat ketika berada di dermaga Kota Sibolga.

Sumber: http://jalan2.com

Peta Lokasi

Read more »

Wisata Menafsir Bumi (artikel wartawan Tempo Anwar Siswadi di Majalah Tempo)

item-thumbnail
Kabut dingin dan bau belerang melayang layang di atas kawasan Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hujan rintik tak mengusir sekitar 30 orang yang berkumpul di bibir salah satu dari empat kawah Gunung Patuha itu. “Ini tuff, sifat batuannya higroskopis atau me-nyerap air, coba saja ke lidah,” kata doktor geologi dari Institut Teknologi Bandung, Budi Brahmantyo.
Mereka yang penasaran lalu menempelkan batu tersebut ke ujung lidah. “Rasanya lidah seperti terisap,” kata Adi Marsiela, salah seorang di antaranya. Serpihan batu putih yang agak kasar karena berpori pori kecil itu, menurut Budi, adalah bukti adanya letusan gunung api.
Acara “cicip batu” itu salah satu kegiatan kelompok wisata alam Mata Bumi. Geotrek, mereka namai tamasya tersebut. Kegiatannya menikmati alam sesungguhnya, mulai kawah, lereng, gua, lekungan bekas lava gunung, sampai menyusuri area yang diduga bekas sungai purba.
Setelah terbatuk batuk oleh tusuk-an bau belerang, kelompok itu pindah ke lokasi lain. Di bawah guyuran hujan, mereka berjalan melewati perkebunan teh lalu mendaki lereng, melintasi jalan setapak yang licin. Perjalanan selama 15 menit itu pun akhirnya dibayar oleh keindahan kawah hijau muda. Kontras dengan lereng kehitaman dan pepohonan yang gosong akibat belerang di sekelilingnya.
Bagi Diella Dachlan, 34 tahun, geotrek yang paling mengesankan adalah pada saat menyusuri alur Sungai Citarum purba mulai daerah Rajamandala hingga Gua Sangiangtikoro, Kabupa-ten Bandung Barat. Konsultan komunikasi dan lapangan Program Pengelolaan Citarum Terpadu itu terke-sima melihat sungai terpanjang di Jawa Barat itu tak sekotor dan berlimbah di bagian perkotaan. Tanpa pikir panjang, Diella menceburkan diri ke sungai bersama puluhan peserta lain walau tak membawa celana ganti.
Wisata bumi atau geotrek ke alam sekitar Bandung kini menjadi tren wisata dan kian marak dengan berdirinya beberapa kelompok pemandu. T. Bachtiar, lulusan Jurusan Geografi IKIP Bandung berusia 52 tahun, salah seorang penerjemah geotrek, mengaku memandu rombongan hampir tiap akhir pekan atau paling sedikit sebulan sekali. “Awal bulan ini kami diminta mengantar siswa sekolah Babussalam ke Citarum purba,” ujarnya.
Bersama Budi Brahmantyo, 48 tahun, lulusan Jurusan Geologi Institut Teknologi Bandung dan master Universitas Niigata, Jepang, membentuk Kelompok Riset Cekungan Bandung. Mereka berdua biasanya langganan didapuk bersama atau masing masing sebagai pemandu rombongan sekolah, kelompok karyawan perusahaan, dan komunitas jalan jalan ke alam bebas sejak 2000.
Budi memulai kegiatan ini dengan mengajak siswa sekolah dasar sampai menengah atas. Adapun Bachtiar aktif mengorganisasi guru geografi untuk mengenali kawasan Cekungan Bandung.�Semua itu berawal dari pe-nemuan kerangka manusia purba di Gua Pasir (Bukit) Pawon, Citatah, Kabupaten Bandung Barat. Ketika itu kedua dosen geologi dan geografi tersebut tergerak untuk mengenalkan alam dan kondisinya yang terancam. Situs prasejarah itu kini dibayangi kehancuran karena serbuan penambang batu karst atau kapur. Dari jalan raya Padalarang Citatah, bisa terlihat deretan bukit kehitaman itu telah dikupas hingga bagian dalamnya yang berwarna putih kekuningan.
Pendidikan sekaligus kampanye lingkungan yang dimulai kedua orang itu menular. Berbagai kelompok dan komunitas seperti Bandung Trails, Mata Bumi, pembuat kaus Mahanagari, dan penerbit buku Truedee ikut mengelola geotrek sejak 2007. Peminatnya berdatangan dari Bandung, Jakarta, dan Tasikmalaya. Lokasinya kerap di sekitar Bandung, terkadang tempat wisata yang biasa didatangi turis asing dan lokal seperti Gunung Tangkuban Perahu dan Kawah Putih. Namun sering tujuan mengarah ke tempat yang jarang dikunjungi, seperti situs manusia purba Gua Pawon, Patahan Lembang, situs radio komunikasi Belanda di Malabar, “Volkano Trekking” ke pegunungan yang memagari cekung-an Bandung, atau “Mengungkap Misteri Bobolnya Danau Bandung Purba” ke Sungai Citarum dengan bebatuan dan guanya yang eksotis.

Read more »

Geowisata di Belantara Karst Rammangrammang, Maros

item-thumbnail
Pak Daeng Beta, tanpa alas kaki, dengan lincah menapaki batugamping yang berpermukaan tajam. Tidak ada nyengir kesakitan. Padahal medannya turun-naik. Baginya memang berjalan di atas batu-batu tajam merupakan keseharian yang terus dilakoninya hingga usia sekitar 60 tahunan sekarang ini. Rumahnya yang berada di lembah yang diapit menara-menara karst Rammangrammang, membuatnya hidup melakoni semuanya, termasuk bertelanjang kaki berjalan di atas permukaan batugamping yang tajam.
Di bawah kaki Bulu Amarrung dan terpapar terik Matahari di atas Maros, Sulawesi Selatan, ia membawa kami ke satu bukit kecil yang secara geomorfologi bisa dikatakan seperti ‘meja.’ Aslinya ‘mesa’ dari Bahasa Spanyol yang artinya memang ‘meja.’ Morfologinya mempunyai puncak yang datar dengan lembah-lembah yang mengelilingi vertikal, memang persis meja. Kami melangkahkan kaki kami di atas lapisan-lapisan batugamping yang berlapis mendatar yang menjadi seperti anak tangga untuk mencapai puncaknya. Di ujung timur laut, menghadap lembah yang curam, beberapa lapisan batugamping yang datar, rupanya berada dalam posisi berdiri atau miring terjal. Batu-batu itu disusun di tepi bukit menjajar menghadap timur laut, sementara Bulu Amarrung menjulang tinggi di sisi timur. Bulu artinya ‘bukit’ dalam Bahasa Bugis, dan ‘amarrung’ artinya ‘bersuara.’
“Sejak dulu memang begini. Kami menganggap tempat ini keramat,” jelas pak Daeng Beta serius, “pernah ada orang yang mencoba membongkarnya, beberapa hari kemudian jatuh sakit dan meninggal dunia.” Karena pak Daeng Beta tidak dapat merujuk siapa yang mendirikan batu-batu ini, kami menganggapnya benteng pertahanan purbakala. Di sisi yang lain memang telah dikonfirmasi oleh ekskavasi arkeologi adanya gua ceruk (shelter cave), dinamai Leang Passaung, yang terbukti pernah menjadi hunian masyarakat prasejarah. Cangkang kerang dan keong yang diduga sebagai sisa-sisa makanan prasejarah tersebar di lereng ceruk. Di dinding ceruk juga terdapat coretan purbakala yang mirip tangan kecil berwarna merah dari bahan oker (pelapukan besi hematit).
13662139051011539079
Pak Daeng Beta bertelanjang kaki memperlihatkan batugamping tegak yg diduga sbg benteng purbakala. Ira menyimak dg serius.
Batugamping berlapis itu dibuat berdiri membentuk semacam benteng. Dapat dibayangkan bagaimana orang-orang yang berada di atasnya dengan mudah mempertahankan wilayahnya dari serbuan musuh yang datang dari arah lembah. Kampung yang sekarang bernama Dusun Beruah, memang berada pada lembah terbuka berarah timur laut – barat daya. Benteng purbakala itu menghadap timur laut sehingga besar kemungkinan untuk menangkis musuh yang datang dari arah Tonasa (sekarang wilayah pertambangan industri semen).
Warisan Geologi Karst Rammangrammang

Read more »

WISATA GEOLOGI DI KARANG SAMBUNG

item-thumbnail

Teringat masa kuliah, sebagai mahasiswa jurusan Teknik Geologi di ITB, diwajibkan mengikuti mata kuliah lapangan yang berlokasi di Karangsambung. Bagi teman-teman yang pernah kuliah lapangan disini pasti mempunyai kenangan dan kesan yang tidak terlupakan. Saat ini lokasi tersebut menjadi lokasi tujuan wisata geologi. Berikut ini saya ceritakan tentang lokasi ini.

Lokasi wisata geologi Karangsambung letaknya di sebuah desa di sebelah utara kota Kebumen, Jawa Tengah. Jarak dari kota Kebumen ke National Nature Reserve adalah sekitar 19 Km, dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat dan memakan waktu sekitar 30 menit. 

Read more »

“Geopark” Atau Taman Bumi Jawa Barat

item-thumbnail
Pikiran Rakyat
Senin, 7 Januari 2008
oleh Budi Brahmantyo
Geowisata (geotourism) adalah kosakata yang relatif baru dalam kepariwisataan nasional. Istilah itu kurang populer dibanding ekowisata (ecotourism), atau agrowisata misalnya. Namun demikian, di dalam UU No. 9/1990 tentang Kepariwisataan, selain wisata agro, baik ekowisata maupun geowisata memang tidak disebut-sebut.
Apa itu geowisata atau geotourism? Istilah geotourism muncul tak lebih tua dari pertengahan 1990-an. Seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose diperkirakan menjadi orang yang pertama aktif memperkenalkan istilah itu. Ia misalnya menulis di Geological Society pada 1996 suatu makalah berjudul “Geotourism, or can tourists become casual rock hounds: Geology on your doorstep”.
Apakah wisata yang berkaitan dengan kebumian baru dirintis sejak tahun 1990-an itu? Tentu saja tidak. Sejak para ilmuwan menjelajah berbagai tempat di atas Bumi ini, terutama di Abad ke-18, para ahli geologi sudah terbiasa menggabungkan bussiness and leisure secara bersamaan. Dalam ekskursi geologi ke lapangan, rombongan geologiawan telah terbiasa menikmati indahnya pemandangan, keunikan bentang alam dan batuan, asyiknya menyusuri sungai dan pantai, atau mendaki perbukitan, di samping pekerjaan utamanya mencatat proses-proses geologis.
Tetapi untuk konsumsi umum, mungkin dapat diperkirakan bahwa kegiatan geowisata mulai berkembang sejak maraknya para turis beransel (back-pack tourists) pada 1980-an. Satu makalah yang ditulis oleh Jane James 1993 di sebuah konferensi bertema “Memasyarakatkan Ilmu Kebumian” di Southampton, Inggris, misalnya, masih menggunakan istilah pariwisata geologis (geological tourism) alih-alih geotourism.
Tom Hose yang diikuti kawan-kawan geologiawan lainnya di Eropa jelas-jelas mendasarkan geowisata berbasis kepada geologi. Mulai dari Eropalah itulah kemudian muncul istilah “taman bumi” (geopark), yaitu kawasan konservasi yang melindungi peninggalan alamiah objek geologis yang unik, langka, berharga, menarik, dan penting.
Di bawah jaringan UNESCO, di Eropa sudah terbentuk 21 taman bumi yang menjadi daya tarik dan tujuan geowisata utama. Di Asia sudah dirintis oleh Cina yang kemudian diikuti Malaysia. Taman bumi Pulau Langkawi, Malaysia, sejak 2006 resmi menjadi taman bumi pertama di Asia Tenggara di bawah jaringan UNESCO. Indonesia yang memiliki banyak keunikan fenomena geologis, tertinggal jauh dari negeri jiran itu.

Read more »

Geotravel: Menjelajah Ingatan akan Krakatau 1883

item-thumbnail
Dalam hangatnya Mentari pagi, satu jam setelah mengarungi perairan Selat Sunda dari Pantai Carita, Banten, gugusan pulau-pulau Krakatau telah terlihat. Gunung Anakkrakatau terlihat di tengah-tengah di antara Pulau Rakata dan Pulau Panjang, kecil, samar-samar dan timbul tenggelam oleh gelombang laut yang saat itu cukup besar. Tiba-tiba, ada yang tampak menarik penglihatan di puncaknya, kepulan asap. Ya, asap dari letusan Anakkrakatau. Tepat pukul 08.01 pagi hari itu, Minggu 2 September 2012, Gunung Anakkrakatau meletus!

Letusan awal di pagi 2 September 2012 dari jarak sekitar 20 km saat perahu motor semakin mendekatinya (BB).
Asap itu makin lama makin membesar. Melihat asap letusan yang bergulung-gulung di atas kawahnya, sekali pun masih berjarak sekitar 10 – 20 km lagi, perasaan kami campur aduk antara senang, takjub, tegang, khawatir, dan sedikit kecewa. Senang dan takjub karena inilah kesempatan langka menyaksikan Gunung Anakkrakatau yang pertama kali muncul ke permukaan laut pada 29 Desember 1927 sedang aktif.
Namun tentu saja tegang dan khawatir karena siapa yang dapat memperkirakan bahwa letusan bisa-bisa akan semakin membesar dan membahayakan. Di balik itu, kami sedikit kecewa karena dengan terjadinya letusan itu, tujuan utama untuk mengeksplorasi Gunung Anakkrakatau hingga ke puncaknya dan mengamati kawah dari tepiannya menjadi batal.
Galau oleh perasaan itu, tiba-tiba 15 menit kemudian, letusan kedua terjadi. Lalu berulang 20 menit kemudian setelah letusan kedua. Selanjutnya letusan berlangsung tiada henti berselang 10 – 25 menit sekali. Saat perahu motor Sri Kembang yang kami sewa semakin mendekati dan berada di atas kaldera yang tenggelam, letusan itu begitu besar. Asap putih bergulung-gulung dan batu beterbangan. Letusan seperti ini dikenal sebagai letusan bertipe strombolian. Sangat menakjubkan mengingat ekspedisi geotravel ke Krakatau itu adalah juga untuk memperingati 129 tahun letusan kolosal 27 Agustus 1883. Bayangan letusan dahsyat Krakatau di 1883 menyergap alam pikiran kami. Bagaimana seandainya terulang saat itu? Kami tidak ingin membayangkannya lebih jauh.
Orkestra Alam Si Bongsor

Read more »

Bagaimana asal-usul batu granit dan batu satam di Belitung?

item-thumbnail



Foto dari atas mercu suar P. Lengkuas: tampak bongkah2 granit menjajar dalam garis lurus yang sebenarnya dikontrol oleh retakan pada tubuh batolit (Foto: BB)
Modul Pengembangan Potensi Geowisata Pulau Belitong dan Sekitarnya
Tujuan :
Memberikan wawasan mengenai potensi sumber daya geologis Pulau Belitong sebagai daya tarik wisata andalan serta potensinya untuk menjadi geopark nasional, bahkan global di bawah keanggotaan GGN UNESCO.
Sasaran :
Peserta dapat  :
  1. Memahami bahwa sumber daya geologis merupakan potensi pariwisata.
  2. Mengetahui keunggulan geologis Pulau Belitong dan perairannya.
  3. Mengenali daya tarik geowisata potensial di Pulau Belitong dsk.
  4. Mengenali atribut penting geowisata Pulau Belitong dsk.
  5. Memahami faktor-faktor penting dalam pengembangan geowisata Pulau Belitong dsk.
  6. Mengenali potensi Pulau Belitong untuk menjadi geopark nasional.
Waktu : 105 menit kuliah
I. Sumber Daya Geologis sebagai Potensi Pariwisata
Geowisata (geotourism) adalah kosakata yang relatif baru dalam kepariwisataan nasional. Istilah itu kurang populer dibanding ekowisata (ecotourism), atau agrowisata misalnya. Apa itu geowisata atau geotourism? Istilah geotourism muncul tak lebih tua dari pertengahan 1990-an. Seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose diperkirakan menjadi orang yang pertama aktif memperkenalkan istilah itu. Ia misalnya menulis di Geological Society pada 1996 suatu makalah berjudul “Geotourism, or can tourists become casual rock hounds: Geology on your doorstep”.

Read more »

Geowisata oleh Budi Brahmantyo

item-thumbnail
oleh Budi Brahmantyo



Geowisata (geotourism) adalah kosakata yang relatif baru dalam kepariwisataan nasional. Istilah itu kurang populer dibanding ekowisata (ecotourism), atau agrowisata misalnya. Namun demikian, di dalam UU No. 9/1990 tentang Kepariwisataan, selain wisata agro, baik ekowisata maupun geowisata memang tidak disebut-sebut.
Apa itu geowisata atau geotourism? Istilah geotourism muncul tak lebih tua dari pertengahan 1990-an. Seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose diperkirakan menjadi orang yang pertama aktif memperkenalkan istilah itu. Ia misalnya menulis di Geological Society pada 1996 suatu makalah berjudul “Geotourism, or can tourists become casual rock hounds: Geology on your doorstep”.
Apakah wisata yang berkaitan dengan kebumian baru dirintis sejak tahun 1990-an itu? Tentu saja tidak. Sejak para ilmuwan menjelajah berbagai tempat di atas Bumi ini, terutama di Abad ke-18, para ahli geologi sudah terbiasa menggabungkan bussiness and leisure secara bersamaan. Dalam ekskursi geologi ke lapangan, rombongan geologiawan telah terbiasa menikmati indahnya pemandangan, keunikan bentang alam dan batuan, asyiknya menyusuri sungai dan pantai, atau mendaki perbukitan, di samping pekerjaan utamanya mencatat proses-proses geologis.
Tetapi untuk konsumsi umum, mungkin dapat diperkirakan bahwa kegiatan geowisata mulai berkembang sejak maraknya para turis beransel (back-pack tourists) pada 1980-an. Satu makalah yang ditulis oleh Jane James 1993 di sebuah konferensi bertema “Memasyarakatkan Ilmu Kebumian” di Southampton, Inggris, misalnya, masih menggunakan istilah pariwisata geologis (geological tourism) alih-alih geotourism.


Read more »

Jepretan di Salib Kasih Tarutung

Mandi Soda di Tarutung

item-thumbnail
tmp_IMG_20140211_111206209755847
Mau coba mandi soda, datanglah ke kota Tarutung. disana ada kolam air soda

Lokasi:

View Kolam mandi soda in a larger map
Read more »

Enaknya Berendam Air Panas di Berastagi

Karo - Sumber air panas banyak terdapat di Sumatera Utara. Salah satu tempat terbaik berendam air panas, untuk liburan akhir pekan kali ini adalah di Berastagi. Pemandangannya adalah Gunung Sibayak, mantap!

Desa Semangat Gunung, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, sudah lama menjadi lokasi wisata favorit warga Medan dan sekitarnya. Di desa yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Medan ini terdapat tujuh tempat mandi air belerang yang komersil, namun yang terbesar ada di ujung jalan desa, namanya Alam Sibayak.

Areal parkirnya luas dan yang terpenting, kolamnya banyak, bahkan ada yang VIP sehingga pengunjung bisa menentukan sendiri tingkat privasi yang diinginkannya. detikTravel mampir ke tempat ini, Rabu (20/11/2013) kemarin.

Dari lokasi pemandian ini, kawah luar Gunung Sibayak menjadi sajian pemandangan yang menarik. Kawah gunung itu masih aktif mengeluarkan asap sulfatara. Asap itu sering meliuk ditiup angin gunung sebelum akhirnya menghilang. Inilah atraksi yang bisa disaksikan sembari duduk berendam air belerang di dalam kolam yang berantai dan dinding keramik tersebut.

"Di mana-mana kolam air panas belerang khasiatnya itu sama, tetapi pemandangannya yang berbeda," kata Hanika, salah seorang wisatawan lokal yang berkunjung ke pemandian air panas itu.

Seperti kebanyakan pengunjung, sembari berendam Hanika mengoleskan belerang di wajahnya untuk mengurangi jerawat. Belerang dibeli dari pengelola dengan harga Rp 5.000 untuk satu kantung plastik kecil. Selain belerang, minuman hangat hingga ikan goreng juga dijual di sini. Sementara pondok-pondok wisata dan penginapan juga tersedia jika berekreasi bersama keluarga.

Tentu saja waktu terbaik untuk berendam sambil menyaksikan pemandangan khas itu pada waktu cuaca lagi terang. Jika bukan pada akhir pekan maupun hari libur, wisatawan tak begitu banyak. Pengunjung bisa dengan bebasnya berpindah-pindah kolam seukuran setengah lapangan bulutangkis itu.

Ada sebelas kolam di dalam komplek ini. Pengunjung yang sebelumnya membayar biaya masuk Rp 10 ribu per orang, bebas memilih mau menggunakan kolam yang mana. Pria atau wanita, bisa bisa bergabung dalam satu kolam. Jika mau menggunakan kolam yang VIP boleh juga, biaya tambahannya Rp 50 ribu.

Waktu berendam tak dibatasi, bisa sepuasnya sejak buka pukul 08.00-22.00 WIB. Hari Minggu, pemandian ini malah buka 24 jam. Hal itu bisa dilakukan sebab air panas yang bersumber dari gunung dan dialirkan melalui pipa paralon itu juga mengalir 24 jam dengan kadar panas yang konstan.

Mengenai manfaat berendam air belerang ini, sama seperti kolam berelang lainnya. Dapat mengurangi penyakit kulit, dan bermanfaat untuk merangsang syaraf motorik dan sensorik tubuh. Ihwal manfaat berendam itu tertulis di dinding-dinding kolam.

Jadi, kalau Anda sedang berada di Medan atau di sekitar Karo, ini dia tempat yang tepat untuk menghilangkan penatnya kerja selama seminggu. Nikmatilah air yang panas dan pemandangan yang segar di Berastagi!
Read more »
Older Posts
Home