GEOWISATA

item-thumbnail
Geowisata merupakan pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti bentuk bentang alam, batuan, struktur geologi dan sejarah kebumian, sehingga diperlukan peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses fenomena fisik alam.
Contoh objek geowisata adalah gunung berapidanau, air panas, pantaisungai, dan lain-lain.

Read more »

GEOLOGI

item-thumbnail


Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata", "alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
Orang yang mempelajari geologi disebut geolog. Mereka telah membantu dalam menentukan umur bumi yang diperkirakan sekitar 4.5 miliar (4.5x109) tahun, dan menentukan bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak di atas mantel yang setengah cair (astenosfir) melalui proses yang sering disebut tektonik lempeng. Geolog membantu menemukan dan mengatur sumber daya alam yang ada di bumi, seperti minyak bumi, batu bara, dan juga metal seperti besi, tembaga, dan uranium serta mineral lainnya yang memiliki nilai ekonomi, seperti asbestos, perlit, mika, fosfat, zeolit, tanah liat,pumis, kuarsa, dan silika, dan juga elemen lainnya seperti belerang, klorin, dan helium.
Kata "geologi" pertama kali digunakan oleh Jean-André Deluc dalam tahun 1778 dan diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh Horace-Bénédict de Saussure pada tahun 1779.


Read more »

PETA GEOLOGI SEKITAR DANAU TOBA

item-thumbnail

Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata", "alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Sedangkan peta geologi adalah peta yang memuat penyebaran batuan di suatu wilayah.
Berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional lembar Sidikalang dan lembar Pematang Siantar, geologi di sekitar danau toba dapat dilihat pada gambar peta dibawah ini.


Gambar peta Geologi di sekitar danau Toba.

Deskripsi geologi berdasarkan peta geologi lembar Sidikalang

Batuan Sedimen dan Meta Sedimen
ALUVIUM  terdiri dari kerikil, pasir, lumpur, fanglomerat kipas, tanah diatome, koral
FORMASI MEULABOH  terdiri dari kerikil, pasir dan lempung

FORMASI TUTUT  terdiri dari konglomerat, batupasir, sedikit batulanau dan batulumpur.
FORMASI BARUS terdiri dari batupasir, batulumpur gampingan, sedikit gamping, konglomerat alas.
FORMASI SIBOLGA  terdiri dari batupasir, batulanau, batulumpur dan konglomerat
FORMASI GUNUNGAPI TAPAKTUAN terdiri dari anggota Batupasi: Batugamping metapelitik.

FORMASI SAMOSIR terdiri dari batupasir tufaan, batulanau, konglomerat dan tanah diatome
FORMASI PEUTU, Angota Parapat: Batupasir, konglomerat, batulumpur gampingan.
FORMASI KUALU terdiri dari serpih batupasi dan batulanau.
FORMASI KUALU Anggota Batugamping Sibaganding terdiri dari biokalsilutit.
FORMASI ALAS terdiri dari serpih, batulanau, pasir, wake, konglomerat.
FORMASI ALAS, Anggota Batugamping, pejal, batugamping hablur.
Formasi KLUET terdiri dari batupasir metakuarsa, metaklake, batusabak dan filit.
FORMASI BAHOROK terdiri dari metawake, metakonglomerat dan batusabak.
FORMASI TAPANULI TAK TERURAIKAN : Litologi seperti formasi Bahorok dan Formasi Kluet.
FORMASI KEUTAPANG terdiri dari perlapisan batupasir dan batulumpur
FORMASI BAONG terdiri dari batulumpur gampingan
FORMASI PEUTU, Anggota Belumai terdiri dari batugamping terumbu, batupasir glaukonit dan batulanau.
FORMASI BAMPO terdiri dari batulumpur Euxinic
FORMASI BRUKSAH terdiri dari batupasir dan konglomerat.
KELOMPOK WOYLA TAK TERURAIKAN terdiri dari metagunungapi dan metasedimen.

BATUAN GUNUNG API

PUSAT IMUN terdiri dari dasit dan/atau riolit
PUSAT PUSUK BUKIT terdiri dari dasit dan andesit
PUSAT SIPISO-PISO tediri dari dasit dan andesit
PUSAT TOBA
UNIT SIBUTAN terdiri dari lava riolit dan piroklastik (stuan tufa tak terpetakan
UNIT SIBANDANG terdiri dari riolit
TUFA TOBA terdiri dari tufa riodasit sebagian terlaskan

PUSAT TAKUR TAKUR
UNIT TAKUR TAKUR terdiri dari andesit, dasit dan piroklastik
PUSAT SIMBOLON
UNIT SIMBOLON terdiri dari lava andesit, plug dan piroklastik
FORMASI GUNUNG API TRUMON terdiri dari batuan gunungapi andesit dan batupasir
FORMASI GUNUNGAPI HARANGGAOL terdiri dari andesit, dasit dan piroklastik
FORMASI GUNUNGAPI PINAPAN terdiri dari Andesit, hipabisal dan piroklastik
FORMASI GUNUNGAPI TORU terdiri dari Aglomerat andesitik
FORMASI GUNUNGAPI TAPAKTUAN terdiri dari gunungapi Menengah

BATUAN TEROBOSAN

Retas pumis berhubungan dengan TUFA TOBA
Retas dolerit berhubungan dengan FORMASI GUNUNGAPI PINAPAN
MIKRODIORIT TRUMON terdiri dari diorit berukuran sedang, mikrodiorit dan mikrodiorit kuarsa yang berhubungan dengan FORMASI GUNUNGAPI PINAPAN.
MIKRODIORIT PARAPAT terdiri dari mikrodiorit kuarsa mungkin berhubungan dengan FORMASI GUNUNGAPI HARANGGAOL.
GRANIT BAKONGAN terdiri dari Leukogranit mika terdaunkan.
GRANIT KETERAN terdiri dari turmalin kasar, granit pegmatitik.
KOMPLEK SIBOLGA terdiri dari granit, sedikit granit berwarna terang, diorit, aplit, pegmatit.

BATUAN MALIHAN (DERAJAT TINGGI)

BATUGAMPING (terubah): marmer dan sekis kapur.


Deskripsi geologi berdasarkan lembar Pematang Siantar akan saya tambahkan lain waktu.
Read more »

Dimana Sinabung … Dimana Toba ?

item-thumbnail

toba-map_l2Dimana Sinabung ?

Dimana Toba ?

Meletusnya SInabung beberapa tahun lalu cukup mengagetkan, ya karena Gunung ini sebelumnya masuk klasifikasi gunung yang tidak aktif dipantau (gunungapi Tipe B). Gunung Sinabung sebelum meletus tahun2010 tidak menunjukkan keatifannya selama 400 tahun sebelumnya. Silahkan baca ulang disini Gunung Sinabung, bangun setelah tidur 400 tahun.
Gunung Sinabung ini menunjukkan aktifitasnya kembali pada Oktober-November tahuin 2013.
Gunung Toba itu kalau meletusnya seberapa besar ya ?”
Lokasi Gunung Sinabung dan Kompleks Kaldera Toba
Lokasi Gunung Sinabung dan Kompleks Kaldera Toba
Perhatiklan luasan atau besarnya dimensi dari Kaldera Toba dan ukuran “Gunung Toba”. Model pembentukan Kaldera Toba yang terbentuk akibat amblasnya puncak “Gunung Toba”.Cerita serta dongengan besarnya letusan Toba ini diceritakan oleh banyak penulis.
Menurut model yang dibuat oleh Van Bamellen ini Gunung Sibayak merupakan bagian dari volkanisme kompleks “Tobanian”.
Program dan proyek mitigasi Gunung Api sekitar Toba ini tentunya tidak dapat mengabaikan peran-peran fenomena geologi disekitarnya. Termasuk Patahan Sumatera yang memotong tentunya
Letusan Toba yang terakhir tercatat 700 000 tahun lalu diceritakan oleh Marufin dibawah ini
Letusan Toba 71 – 75 ribu tahun silam memang sungguh luar biasa. Gunung ini melepaskan energi 1.000 megaton TNT atau 50 ribu kali lipat ledakan bom Hiroshima dan menyemburkan tephra 2.800 km kubik berupa ignimbrit, yakni batuan beku sangat asam yang memang menjadi ciri khas bagi letusan-letusan besar. 800 km kubik tephra diantaranya dihembuskan ke atmosfer sebagai debu vulkanis, yang kemudian terbang mengarah ke barat akibat pengaruh rotasi Bumi sebelum kemudian turun mengendap sebagai hujan abu. Sebagai pembanding, erupsi paroksimal Tambora 1815 (yang dinyatakan terdahsyat dalam sejarah modern) ‘hanya’ menyemburkan 100 km kubik debu dan itupun sudah sanggup mengubah pola cuaca di Bumi selama bertahun-tahun kemudian, yang salah satunya menghasilkan hujan lebat yang salah musim di Eropa dan berujung pada kekalahan Napoleon pada pertempuran besar Waterloo.
Genesa Kaldera Toba
Genersa terbentuknya Kaldera Toba menurut Van Bammelen. Perhatikan kompleks gunungapi ini, serta unung-gunung disekitarnya.
Kerikil (lapili) produk letusan Toba ditemukan hingga di India, yang berjarak 3.000 km dari pusat letusan. Keseluruhan permukaan anak benua India ditimbuni abu letusan dengan ketebalan rata-rata 15 cm. Bahkan di salah satu tempat di India tengah, ketebalan abu letusan Toba mencapai 6 meter. Debu vulkanik dan sulfur yang disemburkan ke langit dalam letusan dahsyat selama 2 minggu tanpa henti itu membentuk tirai penghalang cahaya Matahari yang luar biasa tebalnya di lapisan stratosfer, hingga intensitas cahaya Matahari yang jatuh ke permukaan Bumi menurun drastis tinggal 1 % dari nilai normalnya. Kurangnya cahaya Matahari juga menyebabkan suhu global menurun drastis hingga 3 – 3,5º C dari normal dan memicu terjadinya salah satu zaman es. Rendahnya intensitas cahaya Matahari membuat tumbuh2an berhenti berfotosintesis untuk beberapa lama dan tak sedikit yang bahkan malah mati, seperti terekam di lembaran2 es Greenland.
Bagaimana dengan manusia? Ambrose (1998) berdasar jejak DNA manusia purba menyebut saat itu terjadi situasi “genetic bottleneck” yang ditandai dengan berkurangnya kelimpahan genetik dan populasi manusia. Bahkan dikatakan jumlah individu manusia saat itu (tentunya dari generasi homo sapiens awal seperti homo sapiens neanderthalensis dan rekan-rekannya) merosot drastis hingga tinggal 10 % saja dari populasi semula.
Letusan-letusan Toba
Perhatikan ketinggian topografinya dan ukuran panjang dan lebar kaldera Toba, serta seberapa besar “Kompleks Gunung Toba” ini.
Bencana lingkungan akibat erupsi Toba ini diduga membuat homo neanderthalensis berevolusi menghasilkan individu yang lebih lemah. Sehingga ketika katastrofik berikutnya terjadi, yakni pada 12.900 tahun silam di ujung zaman es tatkala asteroid/komet berdiameter 5 km jatuh ke Bumi dari ketinggian awal yang rendah (mendekati horizon) sehingga benda ini meledak pada ketinggian 60 km di atas Eropa – Amerika sembari melepaskan energi 10 juta megaton TNT, neanderthal tak sanggup lagi bertahan dan punahlah ia bersama kawanan mammoth sang gajah raksasa zaman es.
Danau Toba sekarang ini, apakah masih aktif? Ya. Bekas letusan berskala kecil dan kubah lava baru pasca erupsi hebat itu masih dapat dijumpai di kerucut Pusukbukit di sebelah barat dan kerucut Tandukbenua di sebelah utara. Terangkatnya Pulau Samosir hingga 450 meter dari elevasi semula (yang dapat dilihat dari lapisan2 sedimen danau di pulau ini) juga menunjukkan bahwa reservoir magma Toba telah terisi kembali, secara parsial. Studi seismik menunjukkan di bawah danau Toba terdapat sedikitnya dua reservoir magma di kedalaman 40-an km dengan ketebalan 6-10 km.
Kapan Toba akan kembali meletus dahsyat? Kita tidak tahu. Namun dilihat dari historinya butuh waktu sedikitnya 300 ribu tahun pasca letusan besar Toba untuk kembali menghasilkan letusan katastrofik. Memang sempat muncul kekhawatiran Toba akan kembali menggeliat pasca guncangan gempa megathrust Sumatra Andaman 2004 yang mencapai 9,15 Mw itu dengan episenter hanya 300 km di sebelah barat danau, namun sejauh ini belum terbukti. Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan. Krakatau bangkit dari tidur panjangnya selama 200-an tahun tatkala gempa besar mengguncang kawasan Selat Sunda di awal 1883 dimana getarannya terasakan hingga ke Australia.

Sumber: http://rovicky.wordpress.com/
Read more »

Terbentuknya Danau Toba

item-thumbnail

Di balik permai Danau Toba yang menghampar di wilayah Sumatra Utara, daya rusak yang mahadahsyat tersembunyi di dalamnya. Sekitar 74.000 tahun lampau, Gunung Toba meletus hebat dan nyaris menamatkan umat manusia.

Kedahsyatan letusan gunung api raksasa (supervolcano) Toba itu bersumber dari gejolak bawah bumi yang hiperaktif. Lempeng lautan Indo-Australia yang mengandung lapisan sedimen menunjam di bawah lempeng benua Eurasia, tempat duduknya Pulau Sumatera, dengan kecepatan 7 sentimeter per tahun.

Gesekan dua lempeng di kedalaman sekitar 150 kilometer di bawah bumi itu menciptakan panas yang melelehkan bebatuan, lalu naik ke atas sebagai magma. Semakin banyak sedimen yang masuk ke dalam, semakin banyak sumber magmanya.

Kantong magma Toba yang meraksasa disuplai oleh banyaknya lelehan sedimen lempeng benua yang hiperaktif. Kolaborasi tiga peneliti dari German Center for Geosciences (GFZ) dengan Danny Hilman dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Fauzi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2010 menyimpulkan bahwa di bawah Kaldera Toba terdapat dua dapur magma yang terpisah.

Dapur magma ini diperkirakan memiliki volume sedikitnya 34.000 kilometer kubik yang mengonfirmasi banyaknya magma yang pernah dikeluarkan oleh gunung ini sebelumnya.

Vulkano-tektonik
Tak hanya dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dari dapur magma, Kaldera Toba ternyata juga sangat dipengaruhi oleh kegiatan tektonik yang mengimpitnya sehingga kalangan geolog menyebutnya sebagai vulkano-tektonik.

Tumbukan lempeng bumi yang sangat kuat dari lempeng Indo-Australia telah memicu terbentuknya sesar geser besar yang disebut sebagai Zona Sesar Besar Sumatera (Sumatera Fault Zone/SFZ). Sesar ini memanjang hingga 1.700 kilometer dari Teluk Lampung hingga Aceh. Hampir semua gunung berapi di Sumatera berdiri di atas sesar raksasa ini.

Uniknya, Kaldera Toba tidak berada persis di atas sesar ini. Dia menyimpang beberapa kilometer ke sebelah timur laut sesar Sumatera. ”Di antara Sungai Barumun dan Sungai Wampu, Pegunungan Barisan (yang berdiri di atas sesar) tiba-tiba melebar dan terjadi pengangkatan dari bawah yang membentuk dataran tinggi; panjangnya 275 km dan lebar 150 km yang disebut Batak Tumor,” papar Van Bemmelen, geolog Belanda yang pada 1939 untuk pertama kali mengemukakan bahwa Toba adalah gunung api.

Pengangkatan Batak Tumor ini, disebut Bemmelen, menjadi fase awal pembentukan Gunung Toba. Saat pembubungan terjadi, sebagian magma keluar melalui retakan awal membentuk tubuh gunung. Jejak awal tubuh gunung ini masih terlihat di sekitar Haranggaol, Tongging, dan Silalahi. Sementara sebagian besar lainnya telah musnah saat terjadinya letusan Toba terbaru sekitar 74.000 tahun lalu (Youngest Toba Tuff/YTT).

Danau Toba jelas terpengaruh oleh gaya sesar ini. Bentuk Danau Toba yang memanjang, bukan bulat sebagaimana lazimnya kaldera, menunjukkan dia terpengaruh dengan gaya sesar geser yang berimpit di kawasan ini. Sisi terpanjang danau, yang mencapai 90 km, sejajar dengan Zona Sesar Sumatera, yang merupakan salah satu patahan teraktif di dunia selain Patahan San Andreas di Amerika. Aktivitas gunung berapi di Sumatera, termasuk Toba, dikontrol oleh patahan ini.


http://nationalgeographic.co.id/
Read more »

Keunikan Geofisik Kaldera Danau Toba sebagai Potensi Geowisata

item-thumbnail
Oleh Agus Hendratno (Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi UGM)
Keindahan kawasan Danau Toba
Gambar 1. Batas administrasi dan perairan di Danau Toba.
Gambar 1. Batas administrasi dan perairan di Danau Toba.
Danau toba adalah danau terbesar di Indonesia yang terletak di Propinsi Sumatra Utara yang berjarak 176 km ke barat dari ibukota propinsi ini yaitu Medan. Danau Toba dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dari Medan dengan jarak tempuh sekitar tiga sampai empat jam. Dengan pesawat menuju kota Medan hanya memakan waktu 40 menit dari Singapura dan 2 jam dari Jakarta, ibukota Indonesia.
Sebagai danau hasil volcano tektonik terbesar di dunia, dengan panjang danau 87 km dari baratdaya ke tenggara dan lebar 27 km, lokasi ketinggian 904 meter di atas permukaan laut dan kedalaman maksimal 505 meter, danau ini menjadi salah satu aset pariwisata yang penting bagi Indonesia. Keindahan alam Danau Toba telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Perairan danau yang biru, penduduk yang sangat ramah dan budaya Batak yang sangat mempesona, menarik wisatawan dari seluruh dunia dengan tujuan menikmati pemandangan Danau. Pada bagian tengah danau terdapat pulau indah yang dikenal dengan Samosir.
Berkeliling dari tepi danau hingga pulau Samosir adalah suatu petualangan agung dan sangat mengesankan bagi para pengunjung. Danau Toba meliputi luasan daerah 3,658 km2, dengan luas permukaan danau 1,103 km2. Sisa dari luasan area tersebut sekitar 43% merupakan bukit-bukit dan 30% bergunung-gunung, dengan puncak tertinggi 2,000 m di atas permukaan laut.
Lingkungan biota (flora dan fauna) yang menarik, suhu udara yang dingin dan lingkungan yang menyegarkan, udara bersih, lahan yang subur menjadikan tempat ini sebagai tempat ideal untuk tempat tinggal manusia
Tidak heran berabad-abad yang lalu nenek moyang dari Suku Batak memilihnya sebagai lokasi tempat tinggal permanen mereka. Di tempat inilah keturunan mereka berkembang menjadi lima kelompok kesukuan Batak, yakni dikenal dengan Angkola-Mandailing, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun dan Toba. Pulau Samosir dan tepi danau Toba menjadi lokasi perkembangan dari budaya Batak asli, yang mengandung budaya yang tinggi dari nilai sejarah dan peninggalannya, budaya dan seninya. Sesungguhnya, budaya Batak masih hidup dan dapat disaksikan di sini, yang masih terpelihara dalam format aslinya.
Posisi geografis yang unik juga terlihat karakter sumber mata pencahariannya yang penting bagi pengembangan ekonomi, yang sebagian besar diperoleh dari perairan yang bersih, sumber daya yang berlimpah-limpah dan hutan hujan tropis yang lebat. Danau Toba terletak di pusat suatu puncak topografi dengan panjang 300 km, dengan beda tinggi berkisar antara 100-1,000 m di dalam peta topografi Sumatra Utara. Puncak morfologi ini biasanya disebut Batak Tumor yang sejajar dengan arah memanjang Pulau Sumatra.
Badan air Danau Toba dengan luas 1.103 km2 yang menempati 3 area,
Pulau Samosir di dalam danau mempunyai luas daratan 647 km2 dan suatu Pulau Pardapur yang lebih kecil dengan luas area 7 km2. Panjang danau adalah 87 km, dengan ukuran panjang keliling danau 294 km. Area cekungan danau dikelilingi oleh batuan vulkanik, dengan tinggian yang berkisar antara 400 hingga 1200 m di atas muka air danau. Danau ini terletak pada garis lintang dan garis bujur antara 98030′ BT; 3005′ LS dan 99020 BT’; 2040′ LS.
Batas perairan Danau Toba meliputi suatu area seluas 3,704 km2 yang terbagi ke dalam lima Kabupaten, yaitu. Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Dairi dan Karo. Di wilayah Danau Toba, terdapat suatu area untuk tujuan konservasi yang berfungsi sebagai resapan air, pengendalian polusi udara, pencegahan erosi lahan dan stabilisasi lahan.
Kabupaten Toba Samosir yang terdiri dari duabelas kecamatan merupakan daerah paling besar dari seluruh batas perairan (64%), yang diikuti oleh Kabupaten Tapanuli Utara empat kecamatan (21%), lima kecamatan di Kabupaten Simalungun (10%), Kabupaten Karo satu kecamatan (3%) dan satu kecamatan di Kabupaten Dairi (2%), (gambar 1).
Duapuluhtiga (23) daerah yang terbagi dalam lima (5) kabupaten telah termasuk dalam area perairan danau Toba, yaitu antara lain, 1)Sianjur Mula-mula, Harian, Simanindo, Pangururan, Palipi, Onanrunggu, Onanrunggu Timur, Lumbanjulu, Porsea, Silaen, Laguboti dan Balige di Kabupaten Toba Samosir; 2)Silimakuta, Purba, Dolok Pardamean, Sidamanik dan Girsang Sipanganbolon di Kabupaten Simalungun; 3)Doloksanggul, Muara, Lintongnihuta and Siborong-borong of Kabupaten Tapanuli Utara; 4)Merek di Kabupaten Karo; dan 5)Sumbul di Kabupaten Dairi.
Kegiatan kepariwisataan
Cekungan Danau Toba memberikan suatu kontribusi cukup besar dalam pengembangan ekonomi lokal, daerah, maupun ekonomi nasional. Keindahan alam dan kesempurnaan budaya Batak telah menimbulkan kegiatan pariwisata yang menyediakan manfaat ekonomi kepada masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Letak geografis Danau Toba yang unik memiliki sejumlah potensi ekonomi yang dapat digunakan untuk kepentingan luas masyarakat, terutama sebagai sumber air bersih yang besar, dan hutan tropis yang dapat menarik minat dari investor untuk menanam modal di daerah ini bagi pengembangan kepariwisataan yang ramah lingkungan.
Dari segi estetika, daya pikat Danau Toba terdapat dalam kecantikan alamnya yang sangat terkenal di dunia internasional. Dari sudut manapun danau tersebut menggiurkan dan dapat membuat setiap pendatang seperti yang sedang dibuai oleh perasaan sangat gembira. Kecantikan dari tiap sudut Danau Toba, dengan bukit hijau yang merias Pergunungan Bukit Barisan yang diselimuti dengan air terjun yang menghiasinya membuat wisatawan yang datang ke kawasan Toba dapat menyaksikan atraksi alam yang sangat agung. Pulau Samosir dan garis pantai Danau Toba menjadi pusat kelahiran Budaya Toba Batak dan rumah peninggalan budaya dan historis yang tidak ternilai harganya. Di tempat ini, budaya Batak masih kental dan tersaji dalam bentuk aslinya. Modernisasi telah menyebabkan migrasi penduduk dan saat ini ada banyak penduduk Batak yang tinggal di luar daerah itu dibanding yang tinggal di sekitar tempat itu atau di sekitar Danau Toba. Meskipun demikian, kota asal ini tetap merupakan identitas mereka sebagai Batak kendati mereka tinggal di tempat jauh sekali. Total penduduk dari lima daerah wisata utama Danau Toba terdiri dari Tomok/ Simanindo, Balige, Porsea, Ajibata dan Parapat adalah 102,477 orang atau 17% dari jumlah penduduk seluruhnya yang tinggal di batas perairan Danau Toba. Kegiatan pariwisata di sekitar kawasan Danau Toba, telah mendorong pengembangan 168 hotel, dari yang tradisional/Batak home-stay sampai hotel bintang empat.
Keunikan geofisik dan sejarah terbentuknya Danau Toba sebagai daya tarik geowisata
gambar 2. Citra satelit Pulau Sumatera yang menunjukkan arah pergerakan Lempeng Australia (Australia Plete) dan Lempeng Eurasia (Eurasia Plate). Nampak, kawasan kaldera Danau Toba bersebelahan dengan Patahan Besar Sumatera (Great Sumatera Fault – GSF) (sumber: www.geology.sdsu.edu).
gambar 2. Citra satelit Pulau Sumatera yang menunjukkan arah pergerakan Lempeng Australia (Australia Plete) dan Lempeng Eurasia (Eurasia Plate). Nampak, kawasan kaldera Danau Toba bersebelahan dengan Patahan Besar Sumatera (Great Sumatera Fault – GSF) (sumber: www.geology.sdsu.edu).
Geologi Danau Toba telah menjadi suatu topik yang menarik untuk dipelajari. Secara geologi, pembentukan danau ini merupakan hasil suatu aktivitas volkanik besar sepanjang zaman Kuarter atau dua setengah juta tahun yang lalu. Perlu diketahui bahwa bagian barat Pulau Sumatera merupakan sistem busur vulkanik yang memanjang dari Aceh hingga di Teluk Lampung. Busur vulkanik tersebut terbentuk oleh tumbukan dua lempeng besar yang dimulai sejak Jaman Eosen atau 65 juta tahun yang lalu. Lempeng ini adalah lempeng samudera India atau Lempeng Australia di barat-daya dan Lempeng Eurasia yang terletak di timur-laut (Gambar 2). Tumbukan lempeng ini membentuk suatu zone subduksi yang panjang dengan suatu rangkaian gunungapi sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara sampai ke Kepulauan Maluku. Di Sumatra mengakibatkan terbentuknya suatu patahan geser besar (transform fault) yang disebut dengan Zone Patahan Besar Sumatra ( SFZ= Sumatra Great Fault Zone). Patahan ini memiliki ukuran panjang 1700 km, tersingkap dari Teluk Lampung di bagian selatan hingga daerah Aceh di ujung utara Pulau Sumatra. Danau Toba terletak di bagian timur laut dari zone Patahan Sumatra (Gambar 3 dan Gambar 4). Sedangkan sungai Batang Toru dan Sungai Renun terletak di sepanjang patahan itu.
Dua penjelasan ilmiah yang utama mengenai sejarah geologi Danau Toba diterangkan sebagai: (a)produk satu ledakan dahsyat; atau (b)produk gabungan dari berbagai peristiwa erupsi gunungapi. Kedua hipotesis ini dibagi lagi menjadi beberapa pendapat yang lebih kecil dan penjelasan yang lebih detail. Ada perdebatan yang sengit mengenai penentuan waktu terjadinya peristiwa geologi ini, apakah kejadian itu terjadi baru-baru ini (kurang dari 75.000 tahun yang lalu) atau merupakan hasil satu rangkaian yang menyangkut proses geologi antara lain proses pembentukan kubah (up-doming), peledakan, pensesaran, sedimentasi, dan up-wrapping yang yang terjadi sejak dua juta tahun yang lalu. Keunikan geofisik dan Danau Toba adalah landsekap yang terbentuk dari erupsi super kuat, sehingga membentuk kaldera Danau Toba tersebut. Keunikan inilah yang menjadi dasar minat seseorang mengunjungi dan berpetualang di kawasan Danau Toba.
Gambar 3.  Kaldera Danau toba dan Pulau Samosir, di bagian timur  dari zone Patahan Besar Sumatera. (www.volcano.si.edu)
Gambar 3. Kaldera Danau toba dan Pulau Samosir, di bagian timur dari zone Patahan Besar Sumatera. (www.volcano.si.edu)
Menurut hipotesis yang dilakukan oleh van Bemmelen (1949), seorang ahli geologi dari Belanda menyimpulkan sejarah danau diawali dengan pembentukan Batak Tumor dengan bentuk oval seperti bentuk telur seluas 300 km dengan darerah 150 km, terletak di antara sungai Wampu di bagian utara dan Sungai Barumun di Selatan. Pembentukan kubah (dome) akibat suatu pengangkatan hingga 2,000 m yang ditunjukkan oleh puncak pegunungan seperti G. Sibuatan (2.457 m) di Barat Laut, G. Pangulubao (2.151 m) di timur, dan G. Surungan (2.173 m) di Tenggara, dan G. Uludarat (2.157 m) di Barat.
Van-Bemmelen (1949), mengatakan bahwa kawasan Danau Toba dikelilingi oleh kelompok batuan hasil letusan gunungapi, dan danau tersebut merupakan suatu bekas caldera volkanik yang sangat besar. Letusan abu vulkanik yang menyebabkan terbentuknya kaldera Toba, tersebar hingga wilayah Malaysia dan India, hingga jarak 3.000 km. Hal tersebut, dibuktikan dengan dijumpai abu riolit yang sama di sekitar Danau Toba dengan yang ditemukan di wilayah Malaysia dan India, bahkan di dasar lautan India Timur dan perairan Teluk Bengal.
Gambar 4. Pola patahan besar Sumatera, pola Pulau Samosir, geometri Danau Toba yang berbentuk elipsoid searah dengan memanjangnya patahan besar Sumatera (Sumatera Fault Zone : SFZ) (Knight et.al., 1986; Pdf document).
Gambar 4. Pola patahan besar Sumatera, pola Pulau Samosir, geometri Danau Toba yang berbentuk elipsoid searah dengan memanjangnya patahan besar Sumatera (Sumatera Fault Zone : SFZ) (Knight et.al., 1986; Pdf document).
Kaldera yang berukuran (30 hingga 100 km) dan mempunyai relief dengan ketinggian hingga mencapai 1.700 m. Kaldera ini dibentuk dalam beberapa periode letusan. Letusan besar terjadi 840.000, sekitar 700.000, dan 75.000 tahun yang lalu. Letusan 75.000 tahun yang lalu memproduksi endapan Toba Muda dengan kandungan tuf (abu vulkanik berukuran sangat halus) yang tinggi.
Letusan Toba, yang diperkirakan terjadi 73.000 ± 4000 tahun yang lalu, menjadi letusan terakhir dan terbaru sebagai “supervolcano”. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University menyimpulkan bahwa total jumlah material dari letusan adalah sekitar 2800 km3; dengan 800km3 ignimbrite yang mengalir di dataran dan di 2.000km3 itu jatuh sebagai abu yang diterbangkan oleh angin yang bertiup ke arah barat. Letusan yang sangat besar itu mungkin bertahan hampir dua minggu. Hanya sedikit binatang dan tumbuhan di Indonesia yang selamat, dan mungkin letusan menyebabkan suatu bagian yang luas dari kehidupan planet mati satu per satu. Ada beberapa bukti, berdasar pada mitochondrial DNA, bahwa ras manusia berkurang menjadi hanya beberapa ribu individu akibat letusan Toba. Suatu area besar yang anjlok setelah letusan akibat dimuntahkannya material letusan (material vulkanik) dalam volumen yang sangat besar dan kuat, kemudia membentuk suatu kaldera, yang terisi dengan air yang membentuk Danau Toba. Kemudian, dasar dari kaldera terangkat membentuk Samosir, suatu pulau besar di dalam danau. Pengangkatan seperti itu sering terjadi pada kaldera yang sangat besar, hal tersebut terjadi akibat tekanan keatas oleh magma. Toba merupakan caldera yang terbesar yang terbentuk di atas permukaan bumi ini (Yokohama dan Hehanusa, 1981).
Gambar 5. Peta kawasan Kaldera Danau Toba (Knight et.al.,1986), (www.volcano.md.nodak.edu.)
Gambar 5. Peta kawasan Kaldera Danau Toba (Knight et.al.,1986), (www.volcano.md.nodak.edu.)
Menurut Knight et.al. (1986), Pulau Samosir dan Semenanjung Uluan adalah bagian-bagian dari satu atau dua kubah yang terbentuk kembali. Endapan danau di Pulau Samosir menunjukkan telah terjadi pengangkatan, kurang lebih mencapai 450 m. Pusukbukit, merupakan suatu stratovolcano kecil sepanjang garis tepi barat dari kaldera Toba, terbentuk setelah letusan 75,000 tahun yang lalu (Gambar 5). Terdapat juga solfatara yang masih aktif pada sisi utara dari gunungapi.
Setelah terjadi letusan 74.000 tahun yang lalu, mulai terbentuk kubah (dome) di dalam kaldera yang luas yaitu sebagai proses pembentukan Pulau Samosir dengan ketinggian 750 m di atas muka air Danau Toba. Endapan Tuff Toba yang muda, diperkirakan memiliki volume2.800 kilometer kubik (km3) dan meletus sekitar 74.000 tahun yang lalu. Sebagai perbandingan letusan yang terjadi di Gunungapi Yellowstone sekitar 2.2 juta tahun yang lalu, meletuskan volume piroklastik hingga 2.500 km kubik. Volume piroklastik dari letusan termuda tersebut, menjadi letusan yang paling besar dalam seperempat abad terakhir. Aliran piroklastik menutupi suatu area sedikitnya 20.000 km2. Ketebalan endapan Tuff Muda Toba yang terdapat pada dinding kaldera mencapai ketinggian 400. Pada Pulau Samosir, endapan tuff tersebut mempunyai ketebalan hingga lebih dari 600 m. Debu volkanik menutup suatu area sedikitnya 4 juta km persegi (sekitar separuh ukuran benua Amerika Serikat). Debu volkanik juga ditemukan pada cekungan di Teluk Bengal dan di India, kurang lebih 300 miles ( 500 km) dari pulau ( 1,900 miles, 3100 km dari Toba).
Keunikan geofisik dan sejarah terbentuknya kaldera Danau Toba inilah yang dapat memunculkan apresiasi geowisata bagi siapa pun yang berkunjung ke kawasan Danau Toba. Kentalnya budaya Batak yan asli di kawasan Danau Toba ini juga dapat menimbulkan apresiasi wisatawan untuk melakukan proses pembelajaran budaya masyarakat Batak terhadap kondisi geofisik Danau Toba dari waktu ke waktu.
Referensi
Knight, M. D., Walker, G. L., Ellwood, B. B. and Diehl, J. F. 1986. Stratigraphy, palaeomagnetism, and magnetic fabric of the Toba tuffs: constraints on sources and eruptive styles. Journal of Geophysical Research 91, 355-382.
Anonym, 1989, Danau Toba (Lake Toba), Data Book of World Lake Environments, Survey of the State of World Lakes, edited by Lake Biwa Research Instituite and International Lake Environment Committee, Otsu, Japan.
Anonym, 1990, A Study of the Decline in Water Level of Lake Toba, Indonesia, a report prepared by the Overseas Development Admonistration, UK for BPPT Teknologi, Jakarta
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. 1a., 732 p., Governmental Printing Office, the Hague, Netherlands.
Borre, Lisa, 2000, Feasibility Study for the Lake Toba Science and Education Center, for the Lake Toba Heritage Foundation, Jakarta, Indonesia.
Hehanussa, P.E., 1981, Sejarah Geologi Tufa Toba, dalam Seminar Bendungan Asahan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nontji, Anugerah, 1990, Review of the Limnology of Lake Toba, International Conference on Lake Toba, 1990, Jakarta.
Tjia, H.D. and Kusnaeny, K., 1976, An Early Quaternary Age of an Ignimbrite Layer, Lake Toba, Sumatera, Sains Malaysiana, 5, p.67-70, Kuala Lumpur.
Yokoyama, T. and Hehanussa, P.E., 1981, The Age of ‘Old Toba Tuffs’ and Some Problems on the Geohistory of Lake Toba, Sumatera, Indonesia, in Paleolimnology of Lake Biwa, Japan Pleitocene, Vol.9 p.177-186, Kyoto.
Zen, M.T. 1990, Inventory of the Toba Problems, presented at the International Toba Conference, Jakarta.
www.gefweb.org
www.geology.sdsu.edu
www.volcano.md.nodak.edu.
www.volcanolive.com
www.volcano.si.edu.
www.hsfindo.org
www.menlh.go.id
www.unesco.or.id
www.worldlakes.org
Read more »

Asal Usul Danau Toba

item-thumbnail
Terlepas dari sikap suka tidak sukanya anak dengan dongeng, jelas dongeng tetaplah tidak nyata. Ia hanyalah pengisi ketidaktahuan kita mengenai asal usul yang sesungguhnya mengenai Danau Toba. Dan secara pendidikan, hal ini sebenarnya berbahaya, bagaimana jika anak-anak percaya dongeng tersebut hingga dewasa?

Asal Usul Danau Toba versi Dongeng

Dongengnya kurang lebih sebagai berikut.
Seorang petani memenuhi kebutuhan hidupnya sehari dengan menangkap ikan dan berladang. Suatu hari ia pergi ke sungai untuk mencari ikan. Kemudian tak berapa lama ia mendapat ikan yang besar dan cantik. Saat diperhatikan lama, tiba-tiba ikan itu berbicara. Ia minta agar petani jangan memakannya. Sang ikan adalah putri yang dikutuk dan sang petani membuatnya terbebas dari kutukan. Sang ikan menjadi seorang putri dan memberi imbalan dengan menjadi istri sang petani. Ada perjanjian di antara mereka, sang petani tidak boleh menceritakan asal usul sang putri yang dari ikan tersebut. Setelah menikah, sang putri melahirkan seorang bayi laki-laki. Seiring berjalannya waktu, sang anak tumbuh besar namun selalu merasa lapar.
Suatu hari ia mendapat tugas mengirim makanan ke ayahnya yang ada di sawah. Walau begitu, di tengah jalan makanan tersebut dimakan oleh sang anak. Begitu ketahuan oleh sang ayah, sang ayah menjadi marah. Sang ayah menghardik: Dasar Anak Ikan! Sang ayah telah melanggar janjinya dengan menghardik demikian. Akibatnya sang anak dan istri lenyap tanpa jejak. Seiring lenyapnya mereka berdua, daerah pijakan kaki sang petani memancar air deras. Sedemikian deras dan akhirnya menjadi telaga, lalu menjadi danau. Dan danau inilah Danau Toba.
Demikianlah dongeng asal usul Danau Toba.

Peta Perjalanan Manusia ke Asia lewat Pedalaman

Asal Usul Danau Toba Sesungguhnya

Danau toba sesungguhnya berasal dari sebuah letusan gunung berapi raksasa (supervolcano) yang terjadi 73 ribu tahun lalu. Letusan Toba ini adalah yang ketiga, dua letusan sebelumnya sudah pernah terjadi dalam jangka waktu 1 juta tahun. Letusan Toba yang menciptakan danau Toba sekarang diperkirakan memiliki indeks Ledakan Vulkanis 8 (Mega Kolosal) sedemikian hingga membentuk kompleks kawah berukuran 3 ribu km persegi. Volume erupsi diperkirakan antara 2 ribu hingga 3 ribu km kubik magma dan 800 km kubiknya terendapkan sebagai abu vulkanis. Ukuran ledakannya adalah dua kali letusan gunung Tambora tahun 1815. Letusan gunung Tambora saat itu saja sudah cukup menghasilkan “Tahun Tanpa Musim Panas” di belahan bumi utara.
Menurut Alan Robock, letusan Toba tidak memicu zaman es. Penelitiannya yang menganalisa emisi 6 miliar ton sulfur dioksida dalam simulasinya menunjukkan pendinginan global maksimum sekitar 15 °C, tiga tahun setelah letusan. Ini berarti garis pepohonan dan salju sekitar 3000 meter lebih rendah dari sekarang. Dalam beberapa dekade, iklim kembali pulih.
Walau ada banyak perbedaan pendapat dan metode, para ilmuan setuju kalau letusan super Toba mengakibatkan lapisan hujan abu yang sangat tebal dan masuknya gas-gas beracun ke atmofer, sehingga mempengaruhi iklim dunia masa itu. Beberapa menduga peristiwa ini memicu zaman es 1000 tahun yang terjadi kemudian.

Menceritakan Asal Usul Danau Toba sesungguhnya pada Anak-anak

Sains sekarang telah cukup maju untuk mengetahui asal usul danau Toba yang sesungguhnya. Dan cerita asal usul ini ternyata jauh lebih mengagumkan, jauh lebih mengesankan dari sekedar dongeng. Kenapa mengajarkan dongeng sementara sains telah memberikan penjelasan yang lebih spektakuler lagi mengenai asal usul Danau Toba? Tampaknya sebagian besar dari kita masih belum tahu tentang asal usul Danau Toba. Dan kalaupun tahu, masih tidak tahu cara mengkomunikasikan fakta ilmiah ini pada anak-anak. Berikut kami tawarkan sebuah cerita anak yang lebih spektakuler, berdasarkan fakta sesungguhnya, mengenai asal usul danau Toba.
Di Zaman Dahulu kala, Ada seorang pemburu yang tinggal di sebuah padang rumput. Ia adalah leluhur kita. Pekerjaannya sehari-hari adalah memburu hewan paginya, kembali ke tempat berkumpul bersama keluarganya di waktu petang.
Matahari baru terbenam kala itu. Sang pemburu asyik bermain dengan istri dan anak-anaknya. Anggota kelompok lain sedang menyalakan api. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara gemuruh dari langit.

Peta Fraktura Sisa Letusan di Danau Toba
Di waktu tengah malam, ada sesuatu yang muncul dari langit. Terjadi hujan yang aneh. Hujan abu. Sang pemburu dan kelompoknya harus segera meninggalkan tempat tersebut dan mencari tempat baru. Abu terus mengguyur. Pemburu dan keluarganya berusaha ke barat, menjauh dari asal abu. Setelah setahun mereka berjalan ke barat, mereka bertemu dengan hutan rimba dan pegunungan sangat tinggi. Daerah ini ganas. Walaupun banyak hewan buruan, tapi lebih sering para pemburu lah yang dimakan oleh hewan. Kepala suku memutuskan agar kelompok pergi ke utara dan menghindari hutan lebat di barat.
Maka berangkatlah para pemburu yang tersisa ke arah utara. Di utara mereka menemukan banyak sumber makanan, walaupun cuaca saat itu sangat dingin. Hewan hewan yang tidak mampu bertahan di cuaca dingin mudah diburu dan karenanya dapat menjamin kelangsungan kelompok.
Pada akhirnya para leluhur sampai di sebuah selat. Di seberang selat ada daratan. Walaupun sama saja dengan di sini, tapi mungkin ada hal baru di sana. Hewan-hewan di sini semakin langka dan iklim semakin kering. Maka para leluhur membuat sampan untuk menyeberangi selat.
Di seberang selat adalah daerah yang ternyata tidak lebih baik dari daerah asal para leluhur. Disini kering, pasir dan abu dimana-mana. Para leluhur harus berjalan terus di tepi pantai agar tidak terjebak di tengah gurun. Mereka terus berjalan dan berjalan.
Pada akhirnya mereka tiba di sebuah dunia yang aneh. Dunia abu-abu, segalanya penuh tertutup abu. Tampaknya lebih baik disini daripada di dunia pasir. Lewat musyawarah, akhirnya leluhur memutuskan untuk masuk ke dunia abu.
Di dunia abu ini, mereka bertemu dengan penduduk asli. Mereka sama dengan leluhur. Ternyata mereka adalah kelompok lain yang telah lebih dulu sampai di sini. Mereka bercengkerama dan berbagi cerita. Mereka juga berbagi trik dan cara bertahan hidup. Setiap anggota kelompok tahu cara membuat api karena disini malam dan siang hampir sama gelapnya. Dan tanpa api mereka dapat tersesat di hutan.
Seiring berjalannya waktu, debu tidak lagi turun. Matahari mulai jelas terlihat. Para leluhur memutuskan untuk tidak tinggal di dunia abu-abu yang sekarang mulai hijau. Mereka berencana mencari tempat baru di timur. Mereka kembali bertualang. Jumlah leluhur sudah sangat banyak, hanya beberapa orang saja yang meneruskan perjalanan. Mereka adalah para pemberani yang gemar bertualang. Mereka menembus hutan belantara dan mendaki gunung yang tinggi. Mereka bertemu banyak sekali hal-hal menakjubkan. Dari permata hingga hewan unik. Semua halangan berhasil dilalui, hingga sang leluhur akhirnya tiba di sebuah selat.
Para leluhur memutuskan untuk menyeberang selat itu dan tiba di tanah Sumatera. Mereka berjalan terus ke pedalaman dan akhirnya tiba di sebuah Danau. Danau Toba yang besar dan berasap. Mereka memandang pada keluasan danau yang luar biasa. Membentang dengan indahnya. Leluhur yang paling pintar melihat adanya semburan abu kecil di pinggiran danau. Ia tersadar kalau inilah sumber gemuruh raksasa yang pernah leluhur mereka dengar dahulu. Inilah penyebab kenapa leluhur mulai mengungsi di masa lalu. Inilah penyebab keberadaan kita disini. Ini Danau Toba.
Para leluhur merasa telah tiba pada tujuannya. Merekapun tinggal di sekitar Danau Toba. Waktu berlalu dan leluhur terus beranak pinak. Merekalah leluhur suku Batak. Suku Batak lahir di sini, tak berapa lama setelah lahirnya Danau Toba. Bisa dikatakan kalau Batak dan Toba adalah saudara. Danau Toba lahir dan mengundang leluhur untuk menemaninya. Ya, gemuruh itu adalah tanda kelahiran Danau Toba. Ia berasal dari Letusan Gunung Api raksasa yang melontarkan abu-abunya ke angkasa. Itulah asal usul Danau Toba.

Perbandingan letusan toba dengan letusan supervolcano lainnya

Apa sebenarnya yang Kita Ajarkan?

Banyak yang kita ajarkan lewat dongeng di atas ketimbang sekedar masalah hidup sederhana, kutukan, keajaiban, keserakahan dan kesetiaan. Kita bicara tentang bagaimana danau Toba mengubah sejarahevolusi manusia. Itu sebuah keterkaitan besar antara danau Toba dengan seluruh umat manusia.
Kisah di atas adalah ringkasan singkat mengenai migrasi manusia selama puluhan ribu tahun yang dipicu oleh letusan Toba. Peristiwa letusan Toba adalah bencana kiamat bagi leluhur umat manusia kala itu. Dari simulasi komputer, diperkirakan suhu global turun sekitar 10 derajat Celsius setelah letusan. Akibatnya dalam sepuluh tahun terjadi musim dingin vulkanis di Bumi.
Letusan Toba memberi begitu banyak abu di atmosfer. Sinar matahari tertutup dan uap air terserap ke dalamnya. Dengan kata lain, musim dingin yang terjadi bersifat kering. Pepohonan berkurang drastis, begitu juga padang rumput dan membuat punah banyak mamalia dan hampir menamatkan riwayat evolusi manusia.

Seorang Pria Homo sapiens purba
Dunia menjadi gelap, dingin dan kering selama hampir dua puluh tahun. Sulit bagi manusia untuk bertahan hidup. Prinsip evolusi mengatakan beradaptasilah atau kau punah.
Wilayah yang ditutupi abu vulkanis mencakup Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan belahan barat, Asia Tenggara dan Asia Selatan. Daerah ini daerah tropis sehingga sulit ditemukan adanya kerangka manusia purba yang memberi petunjuk tentang kehidupan leluhur kita saat itu. Lingkungan tropis yang lembab membuat tulang cepat hancur sebelum menjadi fosil.
Walau begitu, di daerah perbatasan seperti Afrika selatan dan timur, bukti-bukti arkeologis menunjukkan adanya perubahan teknologi yang besar di masa itu. Sebuah petunjuk adanya proses adaptasi yang dilakukan oleh leluhur kita agar dapat bertahan hidup. Jika manusia purba di Afrika yang tidak tertutup abu beradaptasi, apalagi yang ada di daerah tertutup debu seperti India di Asia Selatan.
Seberapa besar adaptasi yang dilakukan leluhur kita saat itu tergantung pada jenis manusia apa yang ada di Afrika atau India. Manusia modern, leluhur sesungguhnya kita, belum lagi tinggal di Asia masa itu. Mereka datang dari Afrika ke Asia 60 ribu tahun lalu, sementara letusan Toba terjadi 73 ribu tahun lalu.
Manusia purba yang tinggal di Asia saat letusan gunung Toba adalah Homo erectus. Mereka sudah tinggal di sana paling tidak sejuta tahun, seperti bukti dari fosil-fosil Sangiran dan lainnya di Jawa.
Walau begitu, manusia modern tampaknya sudah ada di Israel pada 130 ribu tahun lalu dan kemudian di Arab pada 85 ribu tahun lalu, berdasarkan fosil dari Jebel Faya. Leluhur kita melewati dua jalur masuk, dari daratan di ujung utara Laut Merah dan di ujung selatan Laut Merah. Kedua daerah ini lebih dekat lagi ke parameter abu letusan Gunung Toba yang berbatasan darat di Pakistan. Sayangnya belum ada cukup bukti yang menunjukkan kalau manusia modern di daerah ini mengevolusikan teknologi untuk beradaptasi seperti leluhur kita di Afrika Timur dan Selatan.
Bila manusia modern bahkan telah ada di dalam perimeter letusan danau Toba di masa ini, seperti India misalnya, maka teknologi akan lebih berkembang lagi. Atau mungkin mereka punah dan digantikan oleh leluhur kita yang juga leluhur mereka, yang datang dalam gelombang kedua setelah letusan. Populasi manusia modern yang masih tersisa setelah bencana Toba dapat berbaur dengan pendatang baru mereka dan mengadopsi teknologi mereka. Atau mungkin leluhur dari gelombang kedua (H. sapiens) menghancurkan penduduk asli (H. sapiens) dan kemudian juga menghancurkan Homo erectus yang lebih asli lagi, seperti mereka yang tinggal di Jawa. Dan memulai kekuasaan besar manusia di Asia Selatan dan Tenggara, termasuk di Indonesia.
Masih banyak PR yang bisa dikerjakan para ilmuan mengenai jalur migrasi manusia modern sebelum dan sesudah bencana Toba. Apapun itu, bencana Toba jelas memberikan arti yang besar bagi sejarah evolusi kita. Bisa jadi ia lah penyebab keberadaan kita sekarang di Indonesia. Karenanya, fakta ilmiah asal usul danau Toba jauh lebih berharga daripada dongeng asal usul danau Toba.

Danau Toba Sekarang
Referensi Dongeng
Referensi Ilmiah
1. Alan Robock, Caspar M. Ammann, Luke Oma, Drew Shindell, Samuel Levis, Georgiy Stenchikov Did the Toba volcanic eruption of ?74 ka B.P. produce widespread glaciation? Journal of geophysical research – Athmospheres, vol 114, pD10107
2. Williams, M.A.J.; Ambrose, S.H.; van der Kaars, S.; Ruehlemann, C.; Chattopadhyaya, U.; Pal, J.; Chauhan, P.R. Environmental impact of the 73ka Toba super-eruption in South Asia. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, Volume 284, Issue 3-4, December 2009, Pages 295-314
4. Robock, A.; Ammann, C.M.; Oman, L.; Shindell, D.; Levis, S.; Stenchikov, G. (2009). “Did the Toba Volcanic Eruption of ~74k BP Produce Widespread Glaciation?”. Journal of Geophysical Research114: D10107.
5. Kate Ravilious. 2010. Exodus on the Exploding Earth. New Scientist, 17 April 2010, pp.28 – 33
6. Self, Stephen; Blake, Stephen (February 2008). “Consequences of Explosive Supereruptions”.Elements 4 (1): 41–46. 
7. Ninkovich, D.; N.J. Shackleton, A.A. Abdel-Monem, J.D. Obradovich, G. Izett (7 December 1978). “K?Ar age of the late Pleistocene eruption of Toba, north Sumatra”. Nature 276 (276): 574–577.
8. Adiabatic Lapse Rate, IUPAC Goldbook
9. Gibbons, Ann (19 January 2010). “Human Ancestors Were an Endangered Species”ScienceNow.
10. Rampino, Michael R.; Self, Stephen (1993). “Climate–Volcanism Feedback and the Toba Eruption of ~74,000 Years ago”Quaternary Research 40: 269–280.
11. Rose, W.I.; Chesner, C.A. (October 1987). “Dispersal of Ash in the Great Toba Eruption, 75 ka”.Geology 15 (10): 913–917.
12. Zielinski, A.; Mayewski, P. A.; Meeker, L. D.; Whitlow, S.; Twickler, M. S.; Taylor, K. (1996). “Potential Atmospheric impact of the Toba mega-eruption ~71’000 years ago”. Geophysical Research Letters(American Geophysical Union) 23 (8): 837–840.


13. IndonesianMusic.com. “Batak People”.

Sumber: http://www.faktailmiah.com/
Read more »
Older Posts
Home